Senin, 28 Juni 2010

Chris McCandless Quotes

Christopher McCandless aka Alexander Supertramp in Modern-Day Hitchhikers


Christopher  McCandless aka Alexander Supertramp - Read More!

Chris McCandless Quotes

The following quotes by Chris McCandless are attributed to him by Jon Krakauer in Into the Wild book, through letters and postcards to friends, and excerpted from Chris McCandless' journal entries.



"I read somewhere... how important it is in life not necessarily to be strong... but to feel strong."
— Read more about this reference by Chris McCandless from a short story called Bear Meat by Primo Levi

Two years he walks the earth.
No phone, no pool, no pets, no cigarettes. Ultimate freedom. An extremist. An aesthetic voyager whose home is the road. Escaped from Atlanta. Thou shalt not return, 'cause "the West is the best." And now after two rambling years comes the final and greatest adventure. The climactic battle to kill the false being within and victoriously conclude the spiritual pilgrimage. Ten days and nights of freight trains and hitchhiking bring him to the Great White North. No longer to be poisoned by civilization he flees, and walks alone upon the land to become lost in the wild.
— Alexander Supertramp
May 1992

Into the  Wild book"So many people live within unhappy circumstances and yet will not take the initiative to change their situation because they are conditioned to a life of security, conformity, and conservatism, all of which may appear to give one peace of mind, but in reality nothing is more dangerous to the adventurous spirit within a man than a secure future. The very basic core of a man's living spirit is his passion for adventure. The joy of life comes from our encounters with new experiences, and hence there is no greater joy than to have an endlessly changing horizon, for each day to have a new and different sun."
— Chris McCandless

"Surely all Americans have the right to give their money only to those causes which they support. But what kind of society has this created? A society where the ignorant reign. A society where enlightened must hold their tongues. A nation whose politicians must profess half-hearted devotion to an ancient fable or face the disastrous consequences of speaking their true mind."
Chris McCandless writing on religious fanaticism in The Emory Wheel student newspaper, October 1987

"Some people feel like they don't deserve love. They walk away quietly into empty spaces, trying to close the gaps of the past."
— Chris McCandless

"The core of mans' spirit comes from new experiences."
— Chris McCandless

"If we admit that human life can be ruled by reason, then all possibility of life is destroyed."
— Chris McCandless

"Rather than love, than money, than faith, than fame, than fairness... give me truth."
— Chris expanded on the original quote by Henry David Thoreau

"Mr. Franz I think careers are a 20th century invention and I don't want one."
— Chris McCandless in Into the Wild movie, speaking to Ronald Franz.

"Greetings from Fairbanks!
This is the last you shall hear from me Wayne. Arrived here 2 days ago. It was very difficult to catch rides in the Yukon Territory. But I finally got here. Please return all mail I receive to the sender.
It might be a very long time before I return South. If this adventure proves fatal and you don't ever hear from me again, I want you to know your a great man. I now walk into the wild. Might be a very long time before I return South...
I now walk into the wild."
— Chris McCandless, in postcard sent to Wayne Westerberg in Carthage, South Dakota, from Alaska


"...henceforth will learn to accept my errors, however great they be..."
— Chris McCandless' journal from Alaska, written weeks before he died

"I have had a happy life and thank the Lord. Goodbye and may God bless all!" — Chris McCandless' journal from Alaska



Henry David Thoreau  books Quotes associated with Into the Wild movie and/or read by Christopher McCandless

"There is pleasure in the pathless woods,
There is rapture on the lonely shore,
There is society where none intrudes,
By the deep sea and the music in its roar;
I love not man the less, but Nature more."
Lord Byron

"Rather than Love, than Money, than Fame, give me Truth."
Henry David Thoreau

"It should not be denied... that being footloose has always exhilarated us. It is associated in our minds with escape from history and oppression and law and irksome obligations, with absolute freedom, and the road has always led West."
Wallace Stegner

Leo Tolstoy books "I want to go up to them and say Stop,
don't do it— she's the wrong woman,
he's the wrong man, you are going to do things
you cannot imagine you would ever do."
Sharon Olds, May 1937
(In the movie, Chris reads this to his sister, Carine, outside the restaurant)

"If we admit that human life can be ruled by reason, the possibility of life is destroyed."
Leo Tolstoy, War and Peace

"I have lived through much and now I think I have found what is needed for happiness. A quiet, secluded life in the country with the possibility of being useful to people..."
Leo Tolstoy

"...the sea's only gifts are harsh blows and, occasionally, the chance to feel strong. Now, I don't know much about the sea, but I do know that that's the way it is here. And I also know how important it is in life not necessarily to be strong but to feel strong, to measure yourself at least once, to find yourself at least once in the most ancient of human conditions, facing blind, deaf stone alone, with nothing to help you but your own hands and your own head..."
— Bear Meat by Primo Levi
(thanks to K. Hill for the book reference!)

Death's a fierce meadowlark: but to die having made
Something more equal to the centuries
Than muscle and bone, is mostly to shed weakness
— From "Wise Men in Their Bad Hours" by poet Robinson Jeffers (As quoted by Louis L'Amour in his memoir, Education of A Wandering Man, a book Chris had with him in Alaska)

http://movies.digihitch.com/intothewild/chris-mccandless/quotes

Jumat, 25 Juni 2010

Simponi Hitam


Malam sunyi kuimpikanmu
Kulukiskan cita bersama
Namun s’lalu aku bertanya
Adakah aku di mimpimu

Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu satu
Namun s’lalu aku bertanya
Adakah aku di hatimu

T’lah kunyanyikan alunan-alunan senduku
T’lah kubisikkan cerita-cerita gelapku
T’lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu

Bila saja kau di sisiku
‘Kan ku beri kau segalanya
Namun tak henti aku bertanya
Adakah aku di rindumu

Tak bisakah kau sedikit saja dengar aku
Dengar simfoniku
Simfoni hanya untukmu….

T’lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu

-untuk rasa yang tiba-tiba kembali sesak-

Kamis, 24 Juni 2010

Untitled

Aku lupa, kapan pertama kali aku mulai menyukaimu. Semuanya terasa berlalu begitu saja. Sebenarnya tak ada yang berubah, kamu masih begitu mencintai pekerjaanmu dan aku yang masih duduk di meja ini yang (masih) menuliskan cerita tentangmu.
Aku juga tidak tahu, sebenarnya bagian mana yang membuatku bisa begitu mengharapkanmu (dulu). Dan masih tetap menyimpan rapi di rak-rak dalam hatiku. Mungkin karena kebaikanmu, semangat kerjamu, senyummu yang luar biasa. Ah, entahlah... Semuanya menjadi tak sama tanpamu.
Semakin hari, semakin terbiasa tanpa keberadaanmu. Hanya ada satu ruang kosong yang terkadang meniupkan rasa sepi.
Kamu tahu, aku tidak suka sepi. Aku lebih memilih hening. Hening adalah kamu berada di tempat yang ramai namun kau diam, menikmati suara-suara itu sendiri. Sedang sepi, itu berarti sendiri. Tidak ada suara, tidak ada makhluk ataupun benda yang mampu mengeluarkan bunyi. Aku benci sepi. Dan ketidak-beradaanmu membuatku merasa seperti itu.
Mungkin aku gagap jika bersamamu, berubah menjadi orang bodoh yang cukup pintar hingga mampu mempermalukan dirinya sendiri. Namun aku cukup menikmatinya, meskipun kau tak merasa.
Kadang aku berpikir aku mulai normal, ternyata tidak. Kekosongan itu menyeruak saat tak kuindahkan. Hanya dengan memandang fotomu saja rasanya pun tak cukup.
Betapa aku berdoa setiap saat ku menghadap 'Pemilikku' untuk menghilangkan semua ini jika memang tak mampu kuhadapi. Melupakan KAMU, tiap gerakmu, senyummu, dan kehadiranmu dalam bagian hidupku.
Aku mulai kebal dengan rasa sakit, jadi tak perlu semua obat bius itu. Aku akan menerima hilangnya tiap serpihan ingatan itu. Bersyukur karena tak pernah ada kata 'kita' hanya aku saja.
Terimakasih karena membiarkanku menikmatinya sendiri
Terimakasih sudah mengizinkanku memiliki rasa ini
Kuikhlaskan kau pergi wahai 'rasa' hingga suatu saat aku mampu menanggungmu
Aku lupa memang, namun saat ini aku masih saja merindukannya

-Langit-

Senin, 21 Juni 2010

Perlu Reformasi... (kali ya) Sedikit-sedikit


Habis baca beberapa blog temen... kocak-kocak abis, jadi senyum-senyum sendiri bacanya. Mungkin itu yang namanya bacaan, menghibur. Yah niat awal bikin blog sih memang ingin menyalurkan hasrat terpendam. Bikin prosa-prosa gak jelas, merutuk atau sejenisnya...
Tapi sepertinya blog ini akan sedikit bermetaforsis sedikit. Sedikit memasukkan pikiran-pikiran harian yang gak hanya berhubungan dengan masalah cinta-cintaan atau mellow-yellow gag jelas, sedikit memasukkan kehidupan gag nyata, sedikit mimpi, sedikit-sedikit. Tapi mungkin beberapa tahun kedepan akan jadi hal yang lucu buat dibaca. Tetep akan berasa Dee, sok ngikutin gayanya chairil anwar atw sejenisnya.
Yang penting harus meningkatkan kemampuan menulis.
Humm... berpikir "sepertinya aku mulai waras" hahahaha

Minggu, 20 Juni 2010

Terbangun dari Mimpi


Memutuskan untuk menghentikan mimpi kemarin setelah tertidur cukup lama, diikuti dengan punggung yang memans dan posisi yang mulai tidak nyaman dan memutuskan untuk terbangun.
Yah, terbangun dengan kenyataan yang memang sudah selayaknya diterima. 'Dia tidak disini' dan sepertinya satu hal lagi yang harus diterima 'Dia tidak menginginkan saya'.
Kenyataan yang harus ditelan bulat-bulat tanpa mitigation apapun. Tidak ada perkecualian, seperti menelan sebutir telur tanpa memotongnya. Merasa sakit dan tidak percaya jika harus menelannya, tapi harus demi sebuah kesembuhan.
"Dia tidak menginginkan saya'. Bagaimana mungkin aku masih saja memikirkannya, membayangkan keberadaannya, dan mengharapkan ia menemani sisa umurku (yang sepertinya adalah aku yang menemani sisa umurnya). Dia akan segera menjadi milik orang lain, siapapun perempuan yang beruntung itu, dan mungkin aku akan iri pada perempuan itu. Lalu kenapa aku menginginkannya, padahal sudah menjadi prinsipku untuk tidak menginginkan apa yang menjadi milik orang lain. Dia adalah langit yang menaungi semua dunia, dan sudah semestinya dia pun melingkupi bintang yang lain.
Menyakitkan memang, mencoba menikmatinya
'Dia berbohong pada saya' Satu lagi hal yang palin aku benci jika terjadi padaku dan dia melakukan itu. Mengingat kejujuran adalah prinsip yang kupegang dari dulu bahwa sudah semestinya semua orang mengetahui kebenaran dibandingkan tidak.
Dan ia berbohong, berbohong tentang waktu, berbohong tentang hidupnya.... lalu apa yang masih kuharapkan darinya?
"Dia tidak akan sampai ke rumahku" Karena aku bukan tipenya, bukan tipe wanita yang akan menemani hidupnya, tidak pernah menghubungiku lebih dulu. Lalu apa yang kuimpikan.

Please Allah, Hapus ia dari hatiku jika memang rasa ini belum halal untukku. Cukupkan cintamu saja padaku, dan ikhlaskan hatiku, luaskan pikiranku.

Jumat, 18 Juni 2010

Dreaming on... Go head


Sekedar mencari penghiburan atas sakit yang ku buat sendiri.

Aku bermimpi, kau datang ke rumahku dalam waktu dekat ini. Memohon restu pada ibu-bapakku untuk menyuntingku.
Ya Allah, mungkin aku bermimpi, tapi kau datang dengan senyummu dan berkata "Maukah kau menjadi istriku, menamani sisa umurku, bersama, berdua." Sejenak aku terdiam, karena ini adalah harapan yang menjadi kenyataan namun mulai terdengar ragu "ternyata aku belum mengenalmu, belum tahu karaktermu, karena selama ini hanya memujamu dari kejauhan'. Kau tersenyum kembali, dan menggapai jemariku, "Yakinkah kau, dek" Panggilan yang sekarang sering kau panggil untukku saat ini.
Ya, dia adalah pribadi yang selama ini aku kagumi dan kdoakan kan menjadi pendampingku> Dia datang saat kegalauan melingkupi hati saat berada dipersimpangan dan menunggu dia akan menjemputku.
Sambil tersenyum, aku menganggukkan kepala tanda setuju. Masih sedikit kaget, ragu dan tidak percaya. Dia bilang ia akan menikahiku saat ulang tahunku tahun ini, sebagai hadiah atas kepercayaanku padanya, untuk mewujudkan impianku dan harapanku untuk berbagi cinta saat idul fitri nantinya.
"Tidak menyesalkah, dek? Kamu akan sering kutinggal, sendirian di rumah. Kamu masih boleh bekerja tapi jangan sampai kau sakit. Isi waktumu dengan bermanfaat, tunggu aku baik-baik sebelum kepulanganku"
Argh... rasanya melayang, senyum yang begitu mengagumkan itu kelak akan menjadi milikku seorang. Seperti yang pernah aku bilang, sungguh aku mau mengganti semua yang kunikmati saat ini hanya untuk bersamamu. Akan kukubur keinginan keliling dunia sendiri dan ku ganti untuk menemanimu menikmati daerah-daerah jauh. Akan kuturuti maumu untuk berada bekerja di rumah, sekedar menjadi penulis atau menjadi guru bagi anak-anak SD di sekitar lingkungan.
Bukan karena hartamu, karena tampanmu ataupun karena keluargamu, hanya karena dirimu. Tanpa syarat apapaun.
"Dek sudah Magrib, ayo kita shalat" Humm... suara itu terdengar begitu merdu, ajakan yang begitu aku rindukan. Sehabis sholat kucium tangannya.
Apa yang kauinginkan tanyanya. Apakah kau menginginkan pesta akbar atau pakaian berharga jutaan tanyanya. "Tidak mas, aku hanya menginkanmu, cukup dengan acara sewajarnya dan keberadaan tema-teman kita. Tak perlu pakaian berharga jutaan, aku hanya mau kau disisiku" Jawabku sambil tersipu malu

Humm... sekali lagi hanya sebuah mimpi sebagai pengobat hati. Berharap dan berdoa untuk kenyataannya.
Miss you as always 'Langit'

Kamis, 17 Juni 2010

Langitku

Langit...
Aku memanggilmu langit dengan semua luas dan warnamu.
Biru cerah, mendung kelabu, jingga yang memabukkan, semburat merah muda yang menyejukkan dan putih cemerlang menggambarkan dirimu yang begitu membuatku terpesona.
Langit...
Adalah satu hal yang selalu kuingat tentang dirimu. tahukah kamu kemanapun aku berada langitlah yang menemaniku. Berharap seperti itulah adanya dirimu, bagiku.
Langit, adakah kau mengingatku seperti aku mengingatmu di setiap sela doaku.
Doa untuk kau selalu sehat dan bahagia di ujung pulau sana.
Sudah habis semua keluh dan kesahku
Karena tanpa keberadaanmu udara tak lagi terasa sama.

Kau memanggilku 'bintang'
Karena kau bilang aku seperti bintang yang selalu bersinar. Begitupun harapan-harapanku yang begitu membuncah tanpa tahu arah.
Bintang-karena aku begitu mengagumi sinar dan keberaniannya yang tak tahu malu terus menampakkan diri bersaing dengan matahari.
Dan setiap kau melihat bintang, kau pun teringat padaku. Mungkin hanya sebatas itu saja adaku bagimu
Padahal, terkadang bintang tak terlihat saat siang menjelang dan saat kau tak mau berbagi gelap.
Bintang- itu katamu adalah pengindah malam.

Tahukah kamu langit? Aku takkan bersinar tanpamu. Tanpa kemurahan hatimu untuk menghitamkam warnamu
Tentunya dengan kebaikan yang seperti awan. Dan dirimulah tempatku berada wahai 'langit'
Jangan bertanya apakah aku merindukanmu
Karena selalu dan tanpa perlu berkata aku merindumu
Mencari dengan semua sudut mataku, dan harus tahu bahwa kau tak lagi berada disini
Hanya langit dengan semua warnanya yang mengingatkanku padamu
Apakah langit disana sekelabu langit disini
Apakh bintang menerangi langitmu malam ini
Jangan lagi bertanya
Kadang hanya perlu bermimpi dan merasakan bahwa senyummu yang mengindahkan langitku hari ini.

Love you as always 'Langit'

Narsis in Green




Waktu Nikahan Mb Prima

Rabu, 16 Juni 2010

Merindukan Langit

Langit....
Begitu berat aku harus melepasmu dengan semua warnamu
Langit, maaf aku masih saja memikirkanmu
berharap kaulah yang kan melingkupiku
dengan birumu, dengan gelapmu, dengan mendungmu
Tidak ada lagi yang mampu kuindahkan
Langit, kamu pergi karena kamu memang tak pernah untukku
Hanya akan sia-sia jika aku terus menangisimu
menangisi langit yang bukan milikku

Saat sore menjelang dengan warna langit yang jingga
Aku memikirkanmu
Apakah sama langitku dan langitmu
Langit...
Semua takkan pernah sama
Tak kan sama karena tak ada keberadaanmu
Meski kau bukan untukku
Kau selalu menjadi langit terindahku

Selasa, 01 Juni 2010

All About Steve-Versiku

All about Steve versiku. Tiba-tiba inget film drama itu yang kerasa banget sama ma ceritaku. Mary yang bertemu dengan Steve seorang Cameramen CNN dan merasa mereka telah tersatukan oleh takdir. Mary mengikuti Steve kemanapun ia pergi hingga ia mengorbankan pekerjaan, keluarga dan hidupnya. Hingga ia jatuh ke tambang tua yang menyebabkan ia bisa berpikir tentang apa yang ia lakukan selama ini. Melawan badai, pergi dari kehidupan nyamannya, meninggalkan orang tua hanya untuk mengejar seseorang yang tidak menyukainya.
Yah.... gag mirip-mirip banget sih. Gag segitunya juga kali sampe aku ninggalin keluarga dan kerjaan. Yang mirip adalah kasus kepercayaan Mary pada Steve
Aku bertemu dan berkenalan dengannya. Kemudian terpukau dengan karakter dan sikapnya.
Mungkin dia adalah sosok yang begitu sempurna untukku hingga tak bisa dengan segera aku mengindahkannya
Mengejarnya tanpa tahu malu, merindukannya dan menutup mata bahwa ia tidak merasakan hal yang sama. Ya, mungkin sekarang sudah berkurang banyak. Tidak ada lagi harapan-harapan itu. Berhenti sepenuhnya
Namun, satu senyumnya mampu menyemarakkan satu hariku, tawanya akan membuatku tersenyum di sisa waktu dan suaranya akan membuatku bermimpi tentangnya (agak berlebihan sih kayaknya)Tapi, satu hal yang jelas masih kurasa. Pesonanya masih mampu menyesakkan hatiku. Seperti saat ini, saat aku merindukannya hanya karena sempat bertemu dengan pemilik senyum itu.
Sungguh, rasanya ingin aku mengutuk senyum itu. Mengapa aku bisa tersihir karenanya. Kenapa ia yang aku rindukan, bukan dia. Dia yang mungkin kelak akan menjadi pendampingku (karena iapun belum pasti tentunya).
Tidak pernah menyesali, hanya menyayangkan hati. Menyadari sepenuhnya hati tidak memilih, tapi dipilih.

'Jika kau mencintai seseorang, lepaskan. Karena jika ia pergi dan kau hendak menahannya mungkin ia memmang bukan milikmu sejak awal' 'All about Steve

Kembali Merindu


Mau tahu rasanya rindu, yang menyusup lugu dalam dadamu
Menghentak memutar otak
Mencari cara melihat senyum itu
Memutar jalan untuk menunggu kehadiranmu

Kamu yang tak tahu, atau tak mau tahu
Menutup mata atas apa yang kurasa
Tidak apa, aku sudah terbiasa
Menikmati sendiri saja

Namun saat ini
Bolehkah aku mengatakannya
Untuk rindu yang masih tertinggal
Menggelembung hingga membuatnya terasa penuh
Bolehkah aku menatapmu sedikit lama
Berharap akan terobati rasa ini
Atau izinkan aku mendengar suaramu
Sekedar menikmati tawamu
Jangan berpindah
Jangan beralih
Tetaplah disitu
Izinkan aku
Menyesap wangimu
Yang tersedot waktu

picture sources: http://www.deviantart.com/download/106389551/I_fell_in_love_with_an_alien_by_vampire_zombie.jpg