Selasa, 27 Juli 2010

Menyapa Sepi




Maybe I know somewhere deep in my soul that love never lasts,
And we've got to find other ways to make it alone or keep a straight face,
And I've always lived like this, keeping a comfortable distance,
And up until now I had sworn to myself that I'm content with loneliness,
Because none of it was ever worth the risk

Well, You are the only exception,(Paramore)

Hai kesepian… apa kabarmu. Sepertinya sudah cukup lama kita tidak saling bertukar kabar. Aku begitu sibuk mengindahkanmu, padahal kau selalu termangu menungguku, disampingku. Ternyata aku tak pernah benar-benar mampu membencimu, seperti aku yang tak pernah bisa membencinya.

Aku tak pernah memanggilmu ataupun memintamu untuk tinggal. Kenapa kau tidak pergi saja menghampiri orang lain, atau menghilang bersama deru waktu. Sebegitu menarikkah aku, atau aku terlihat begitu menyedihkan?



Ya, aku sudah menuruti nasehatmu untuk tidak lagi mengharapkannya untukku dan mencoba menerima kehadiranmu disini. Bersamamu lagi menikmati suara derik jangkrik dan satu bintang di langit yang begitu luas.

Tidakkah kamu berpikir bahwa bintang itu seperti aku, sendirian di langit yang begitu luas. Bahkan awanpun tak datang menghampirinya. Bintang yang lain sepertinya sedang asyik berlarian di antariksa lain. Bulan terlihat tak tersentuh malam ini. Bolehlah, kita nikmati saja angin bercerita tentang perjalanannya hari ini.

Aku sudah menikmatinya, tenang saja. Aku menikmati tiap sepi yang kumiliki. Tapi bolehkan aku tetap merindukannya, sedikit saja. Aku sudah berjanji untuk tidak mengharapkannya, namun aku memintamu mengizinkanku sedikit saja mengagumi indahnya. Seperti kita saat ini yang merenungi kesendirian bintang. Apa ak temani saja ya? Biar sedikit riuh perbincangan kita ini.

Berkata ‘aku baik-baik saja’ sepertinya malah menimbulkan kecurigaan karena aku merasa terasing dalam sebuah dunia yang kuciptakan sendiri. Kesendirian itu temanmu kan? Aku membencinya lebih dari aku tidak menyukaimu. Aku masih bisa melupakanmu saat bertemu dengan langit biru, gemiricik air, atau bahkan dengan bintang-bintang yang bertandang ke rumahku.

Aku merindukan langit. Langit yang begitu sarat dengan warna. Saat ini aku hanya mampu menjangkaunya dalam hati, karena langit tak mau lagi berteman denganku. Sepertinya ia telah bertemu dengan pengindahnya atau menemukan sesuatu yang cantik di belahan bumi yang lain. Aku tidak menangisinya, hanya membuatku harus bertemu dengan kesendirian. Ya… aku memang tak berhak untuk melarangnya pergi, bahkan aku akan begitu bahagia saat tahu langit menemukan pengindahnya. Cukuplah bagiku warna-warna itu, yang dapat kukagumi saat pagi, siang, sore bahkan malam hari.

Sepi, ajaklah kesendirian ini pergi. Temani dia jika ia memerlukanmu atau titipkan pada angin yang berkelana, air yang terus mengalir. Kau boleh tetap menemaniku disini hingga aku menemukan tempat yang nyaman untukku bergelung. Jangan lupa, sampaikan pada langit ‘teruslah berwarna’ karena aku masih terus mengamatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar