Jumat, 24 September 2010

'Langit'

Memutuskan untuk mengakhiri episode 'langit' dan menunggu hembusan 'bayu' yang berasal dari utara. Memulai dengan cukup banyak senyuman karena tahu dengan baik apa yang sudah menjadi keputusan. Bersyukur akan tebaran cinta yang melingkupiku. Dari suara katak saat hening malam, canda kupu-kupu yang berkeliling saat aku menyusuri tepian.
Cinta itu menjadi begitu mudah bagiku, selembut hangatnya mentari dan cerahnya langit. Padahal cuaca hari ini mendung.namun aku memulainya dengan cuaca hati yang cukup mendung. Lupa bersolek karena cukup percaya wajahku cukup bersinar pagi ini.
Yah begitulah, hingga tiba-tiba aku teringat langit. Bukan berarti aku menghilangkan perasaan bahagiaku hanya saja aku tak cukup mampu mengenyahkan warnanya dari duniaku.
Sudah cukup menulikan telinga dan mencoba menghentikan deruman pikiran tentangnya.
'Langit', bahagiakah kau disana, aku harap iya. Karena kamu yang pernah mengisi doaku, agar kau selalu dalam lindungan-Nya, dan rahmat-Nya. Langit, semoga kau selalu sehat. Tak apa kau tak mengingatku, cukuplah kau terus sebiru langit atau sewarna langit saat matahari akan terbit. Karena dengan itu aku mengingatmu. Seperti saat aku kesepian di kereta menuju pulang, sekelam hatiku saat mendung menggelayut, atau sejernih malam saat kita saling berbagi cerita tentang bintang.

Aku mengamini dan mensyukuri saat-saat aku bisa menikmati senyummu, raut wajahmu dan semua ceritamu. Mungkis sedikit sesal karena tak berujung, tapi kamu adalah satu cerita yang mampu bertahan cukup lama. Berdoa tak kan lama untuk ku kenang. Mengingat betapa hati ini sulit mengganti sel-selnya yang telah cukup terbiasa mengingat langit. Melafalkannya seperti mantra. Aku tahu, Allah-lah sang penguasa. Penguasa seluruh cinta dan nyawa, tak kan pernah hati tergadai jika tanpa izin-Nya

Menunggu waktu langit kan berlalu. Saranghae

Tidak ada komentar:

Posting Komentar