Rabu, 19 Mei 2010

Akupun Memilih (Sebuah Pisau dengan Ukiran yang Indah)


karena ternyata tetap akan tumpah, mengalir tanpa mampu terbendung.
menyadari spepenuhnya bahwa hati tidak memilih tapi dipilih
menyayangkan hatiku yang menginginkannya
sudah lama bersiap seperti bermain dengan pisau dan mengasahnya pelan-pelan
kusayat pada saat yang tepat agar darahnya mengalir cepat
berharap tak ada yang tersisa
tak perlu ada beku atau memar

lalu...
waktu menjawab
saat tiba aku harus menentukan pilihan
mematahkannya sendiri atau meminta pertolongan pada seorang teman
pilihanku untuk menghancurkannya
pilihanku untuk menghentikannya

akan ada mata yang sembab (mungkin)
akan ada senyum yang begitu enggan
pisau itu terasah tajam
darahnya mengalir
deras mengucur tanpa mampu terhentikan
tidak ada lagi yang menekan

sudah aku hentikan
biar hingga penghabisan
menikmati tiap nyeri yang terasa
tiap sakit yang menghujam

belum...
aku belum mati
hanya ingin terdiam, sementara
dengan pisau tajam
sebelum penghabisan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar